Aku masih inget pertama kali aku beli boardbook buat Khalil saat usianya 6 bulan. Mungkin bacain buku ke bayi ini adalah hal yang baru buat beberapa orang di generasi sebelum aku, sehingga, seperti yang sudah diduga, aku banyak dapat komentar yang mengkritik wasting money dengan beli buku. 'Buat apa sih? anaknya juga belum ngerti. Udah gak usah beli-beli buku lagi, buang-buang uang aja'. Kira-kira begitu suara kritiknya.
Beberapa tahun lalu juga, saat aku masih newbie dalam dunia parenting, aku bukan type orangtua yang antusias mempelajari berbagai metode parenting untuk diterapkan ke anaknya. Aku cuma kenal montessori aja. Pernah punya bukunya juga, pernah punya mainan-mainan ala montessorinya juga, but it doesn't work di Khalil. Entah gimana, mainan-mainan itu jadi disalah gunakan, dialihfungsikan dengan imajinasi Khalil sendiri. Aku juga ngga kreatif-kreatif amat buat ngikutin semua kegiatan di buku montessorinya :((((
Akhirnya, pedoman memilih mainan buat Khalil cuma dari spesifikasi yang dikasih penjual dan liat interest nya Khalil aja. Kalau di spesifikasinya mainan ini cocok buat usia Khalil, aku beli. Kalau Khalil menunjukkan ketertarikan sama warna-warna, aku beli buku tentang warna-warna, pensil warna, dan segala hal yang full color. Khalil tumbuh dengan metode parenting sederhana itu. Hasilnya ? Not bad at all :))) Tumbuh kembang Khalil sesuai dengan usianya, aku bahagia meski rumah berantakan, dan Khalil pun bahagiaaaa ~~~
'Giliran jalannya lurus, jalannya berlubang. Giliran jalannya mulus, jalannya penuh tikungan'.
Hidup selalu bekerja dengan cara seperti itu kan ? Kita gak punya pilihan selain selalu berhadapan dengan tantangan, uncomfort zone, insecurities, dll. Bukan pakar, tapi seorang ibu yang beberapa bulan lebih dulu menjadi ibu, yang ilmu parentingnya dirasa lebih mumpuni dari aku, kemudian berucap: 'Buat seusia khalil, jangan dulu dikasih A put. Dikasih B dulu aja. Terus lebih bagus metode C loh daripada metode D. Kamu kenapa pilih metode C ? Anakku alhamdulillah cocok pake metode D, harus sabar dan rajin aja ibunya'.
Sungguh bermakna & penuh ilmu di setiap katanya, tapi kok ada yang nyelekit ya di hati.
Don't get me wrong, aku bukan bermaksud jumawa dan gak menerima saran tentang dunia parenting. Hanya saja, kalau ada orang yang ngasih saran tanpa diminta itu rasanya kaya menggurui dan menyalahkan, dengan sedikit melukai harga diri, hahaha. Mungkin ngga banyak, tapi ada yang sama juga seperti aku di luaran sana. Perkara ngasih saran ini bisa jadi hal yang sensitif, terutama ketika ditujukan ke ibu-ibu baru, dan diucapkan seketika tanpa diminta. Terlepas dari ilmu yang dibagi, terlepas dari perhatian yang diberi, niat baik bisa berakhir menyakiti kalau ngga disampaikan dengan hati-hati. Beberapa orang mungkin bakal nyinyir lagi 'Ah itu mah ibu nya aja yang sensitif'. Tapi, kalau bisa memberi saran tanpa ada yang tersakiti, kenapa harus menempuh jalan yang mengorbankan hati :))))
Beberapa orang hanya perlu didengarkan, melegakan rasa sesak di dada tanpa perlu banyak tanggapan. Betapapun ingin bicara, baiknya kita menahan diri saat berhadapan dengan situasi ini. Tapi bukan berarti kita gak boleh kasih saran dan jadi kapok ngasih saran juga yaa. Tolong jangan mengartikan seperti itu, karena point tulisan ini ngga kesitu. Beberapa orang lainnya ada yang memang perlu dikritisi, dan sungguh perlu saran untuk perbaikan di esok hari. Iya, memang berurusan sama perasaan manusia ngga pernah sesederhana satu ditambah satu sama dengan dua.
Semoga di tulisan yang nyerempet curhat ini, masih ada sedikit manfaat yang bisa diambil yaa ^^
Semangat mba membersamai Khalil, akupun begitu ketika punya anak pertama beuh bejibun deh masukan kanan kiri, tapi santai aja mba, dikau tak sendiri, kita yg paling tau ttg anak kita ❤️
ReplyDelete😄 semangat terus mba...💪💪💪
ReplyDeleteBaru sadar aku ada orang yang memiliki perasaan seperti itu.
ReplyDeleteIntinya sebisa mungkin berbicara sesuai porsi dan tidak menyakitkan ya mba.berbicara dengan melihat siko.
Nice sharing mba aku jadi bisa belajar lagi makasih 😊
semangat mba :)
ReplyDeleteNice Mba
ReplyDeleteSimpen ilmunya para mamak mama dolo ahhh😊
Terus semangat mba...
ReplyDeleteSemangat Mba, menghadapi netizen yg merasa paling benar itu emg ga gampang, tetep positif thinking aja ya mba..😊👍
ReplyDeleteSemangat mbak.. Pada akhirnya yang menjalani kehidupan kita ya diri kita sendiri. Ambil masukan yang bermanfaat dan abaikan yang hanya judging tak berkesudahan hehe
ReplyDeleteKarena seringkali yang menjadi masalah adalah cara menyampaikannya, bukan apa yg disampaikan. Tetap semangat mba 😊
ReplyDeletememang kalau urusan cara mendidik anak, apalagi di kompare si a dgn si b, haduh yg ada kitanya jadi sebagai ibu jadi sensi, kesannya kita sudah salh ja gitu metodenya buat mendidik anak, ya kita pakai aja metode mendidik anak ala rasulullah ( jadi ingat pelajaran benhkel diri nih...heheh) , tetap semangat sistafillah, hempaskan hal" yg membuat kita ga enak hati :)
ReplyDeleteiya cara menyampaikannya harus tepat... semangat ya mba ❤️
ReplyDeleteTetap semamgat mba..membersamai khalil 😊. I feel u mba..hehe, trkadang kita harus sedikit abai dengan 'nasihat' orang. Krn kl kita turuti satu2 saran nya mereka gak ada habisnya. Cukup lakukan yg trbaik untuk anak kita dan membuat dia anak2 happy
ReplyDeleteKadang bentuk peehatian dari orang lain yanh jatuhnya mencamluri urusan pribadi kita., Seaman menyalahkan Kita dalam mendidik. Yang PENTINg adalah belajar terus menerus
ReplyDeleteSama bgt sama yg kurasain
ReplyDeleteSemangat mba...sehat2 selalu sekeluaarga😊
ReplyDelete