Masa-masa awal menjadi ibu, ada perasaan gak karuan yang membersamai kebahagiaan sempurnanya seorang perempuan. Ibu baru pasti tau strugglenya adaptasi breast feeding, pola tidur yang berantakan, dan usaha-usaha mengartikan setiap tangisan bayi yang terdengar sama tapi beda makna. So do I. Ada proses yang sangat panjang untuk self-acceptance nya, buat bisa menikmati motherhood, sampai akhirnya bisa punya cukup confident lagi untuk aktualisasi diri :')
Aku pribadi, dulu, mesti fight dengan perasaan-perasaan: gak punya temen, sumpek dasteran terus di rumah, ruwet setiap hari berkonflik sama bayi (karena masa-masa paling struggle buat aku adalah waktu anakku masih bayi sampai sekitar 2 tahun). Dari pengalaman yang takes time itu, menurutku, yang paling ngefek membawa ke proses penerimaan diri adalah dengan mendekatkan diri sama Allah dan meningkatkan kapasitas diri. Mungkin saat itu, kapasitas diri aku masih terlampau kecil, jadi baru punya anak pertama aja ruwetnya udah kaya apaan 😅.
Tapi di beberapa kasus, memang pengalaman pertama itu biasanya yang lebih banyak ngasih pelajaran & tamparan sih hehe. Aku juga banyaaaak banget dibantu sama teman-teman di komunitas. Kebetulan waktu itu aku ikut salah satu sekolah online dan materi awalnya adalah pengokohan aqidah. Masyaa Allah, dari materi awalnya aja aku udah banyak mewek, bener-bener ditampar, bahwa semua peran yang kita jalani ini bisa jadi jalan ke jannah kalau ajaaaa kita ikhlas & sesuai syariat dalam melakukannya.
Jadi, aku mulai 'memaksa' diri untuk menerima peran-peran aku, dibarengi memperbanyak amalan-amalan sunnah dengan harapan Allah ridho melembutkan hati aku. Biar gak emosian gitu ya hehehe. Sampai setelah sebulanan, alhamdulillah aku mulai terbiasa, jadi lebih ringan ngejalaninnya. Aku juga terbiasa nulis bikin daftar 'syukurku hari ini' dan 'sabarku hari ini'. aku jadi sadar, seberat apapun masalah aku, sepusing apapun rasanya, nyatanya aku masih punya jaaaauuuh lebih banyak hal yg bisa disyukuri.
Kemudian pelan-pelan, aku juga mulai dibimbing buat bikin life mapping, menata lagi tujuan-tujuan hidup sebagai seorang individu, sebagai ibu, dan sebagai anggota keluarga dengan suami. Jadi makin semangat menjalani peran sebagai istri, karena aku punya tujuan yang pasti untuk dicapai bareng-bareng sama suami. Jadi makin ikhlaaaas menjalani peran sebagai ibu, karena aku udah menyusun sebaik-baiknya rencana untuk pendidikan masa depan anakku nanti.
Circle pertemanan yang positif juga berpengaruh banget sih kalau buatku. Aku pernah diminta nulis 10 hal tentang potensi diri, gak boleh kurang dari 10, yang akhirnya bikin aku lebih menghargai & mencintai diri sendiri. Bahwa meski sekarang ini aku IRT, aku masih punya potensi. Bukan cuma 1 atau 2, tapi 10 potensi loooh! Ternyata ada banyaaaaak hal yang jadi potensi diri kita, tapi seringkali belum berkesempatan utk kita tonjolkan 💛
Dari situlah awalnya mulai ada lagi confident, karena sudah tuntas proses penerimaan dirinya. Dari situlah kemudian muncul ide-ide apa yang bisa dilakukan sebagai bentuk aktualisasi diri tanpa mengorbankan kepentingan-kepentingan keluarga yang jadi prioritas. Menulis, jadi salah satu bentuk aktualisasi diri yang dirasa paling pas untuk peran & kondisiku saat ini. Dengan menulis, aku juga dipaksa untuk lebih banyak membaca, supaya vocabularynya makin banyaaak dan diksinya lebih baik. Saat membaca, tentunya ada wawasan baru juga yang tercerna. Menulis juga bisa jadi jalan untuk menebar manfaat. Meski tulisanku banyak yang nyerempet curhat, insyaa Allah masih ada nilai kebaikan di dalamnya.
Permasalahannya kemudian adalah, gimana supaya aku bisa konsisten menulis. Jalan Allah lalu mempertemukan aku dengan Ramadan Challenge dari Blogger Perempuan Network. It's fun and challenging at the same time 💛. Selama sekitar 30 hari, aku mesti setor tulisan dengan berbagai tema. Harapanku, dengan habit baru yang sudah terbentuk ini, aku bisa terus konsisten menebar kebaikan lewat menulis dan media-media lain nantinya, insyaa Allah ^^
Masyaallah semoga selalu istikomah berliterasi ya mbaaaaaa😍
ReplyDeleteSama banget kaya' aq mbak, rasanya pas baru2 melahirkn anak pertama berat banget perjuangan, trs ikt sekolah online biar bisa makin sabar, makin ikhlas
ReplyDeleteMasya Allah, semangat mba..dah lewat Dzulhijjah..dah dpet tulisan 30 artikel lebih brti ya Mba 😍
ReplyDeleteKeren keren. Aku pun cukup merasa berat waktu awal-awal menjadi ibu. Kalau sekarang sudah mulai menikmati.
ReplyDeleteMashaAllah jadi semangat buat nulis blog, jadi inget lagi aku punya 10 potensi yang dulu pernah buat. semangat semangat lagiii... :)
ReplyDeleteMasyaAllah terimakasih atas sharingnya mba. Lingkungan yang positif memang sangat penting ya untuk menjaga diri stay on path. Aku juga sekarang lagi semangat nulis di BD.
ReplyDeleteAamiin Allahumma Aamiin
ReplyDelete