FOLLOW ME
Seeput

ngeRI BAnget!

Meski hadits di atas udah banyaaak banget dibagikan di media sosial, kenapa masih ada yang memilih riba ?
Salah satu alasannya, karena transaksi riba ini sangaaat dimudahkan oleh para pelakunya. Diiming-imingi promo menggiurkan, dan ilusi keringanan-keringanan dalam pembayaran cicilan. Kenapa aku bilang ilusi ? Karena nyatanya sama sekali gak ringan. Telat bayar, denda tanpa toleransi. Mau dilunasi sebelum habis masa tenor pun masih ada penalti. Dan kalau dicermati, misalnya harga rumah yang sebenarnya 400 juta, bisa berlipat sampai 1 miliar kalau dicicil dalam tenor 20-25 tahun dengan transaksi riba ini.

Ada banyak transaksi riba, tapi di paragraf-paragraf setelah ini akan mengisahkan perjalanan aku yang pernah dengan jahilnya mau menjerumuskan diri sendiri ke dunia ribawi (dalam hal KPR), hingga jalan Allah mengantarkan aku ke titik balik yang mengubah pandangan hidup seluruhnya.

Kala itu, keluarga besar setuju udah saatnya kami memiliki rumah tempat tinggal sendiri (bukan sewaan) di tahun ke 3 pernikahan kami. Aku semangat banget survey ke banyak perumahan seantero Bandung, ngambil brosur sana-sini, sampai ada banyak nomor marketing perumahan di daftar contactku. Apakah saat itu aku udah tau riba ? Ya, aku tau. Aku udah sering lihat kutipan-kutipan hadits seperti di atas tadi. Tapi untuk kami yang tak banyak keleluasaan harta, kalau gak ngutang, gimana mau punya rumahnya ? Nilai rupiah tiap tahun terus tergerus inflasi. Tahun ini harga rumah 400 juta, tapi perlu waktu bertaun-taun buat ngumpulin sebanyak itu. Saat uangnya udah terkumpul, harga rumah udah bakal lebih dari 400 juta. Artinya, sampai kapanpun gak bakal kebeli itu rumah. Jadi kalau gak ngutang, jaman mana mau beli rumahnya ? Begitulah kira-kira pemikiranku saat itu.

Banyaknya akun dekorasi rumah di media sosial juga makin menyulut keingananku untuk segera punya rumah. Ah, aku juga entar mau didekor gini deh rumahnya! Itulah khayalanku. Sebenarnya, persyaratan KPR itu banyak dan lumayan ribet ngurusnya. Tapi di setiap perumahan, sales marketingnya ini selalu "Tenang aja bu, nanti kami bantu kok sampai approved sama banknya". Akhirnya, dengan prinsip duniawi yang aku teguhkan saat itu, aku mengajukan aplikasi KPR demi rumah impian.

Atas kehendak Allah, dari beberapa kali pengajuan aplikasi, gak ada yang approved. Semuanya ditolak! Alasan utamanya karena saat itu kantor suami di Pontianak, sedangkan rumah yang mau dibeli berlokasi di Bandung. Hati udah kepalang berekspektasi, tapi harapan ngga terealisasi. Kecewalah yang pasti.

Qodarullah, bencana tsunami saat itu meluluhlantakkan provinsi Banten. Peristiwa tak terduga ini menampar aku cukup keras, bahwa sungguh sangat mudah buat Allah ngambil kehidupan yang dikehendakiNya. Tanpa peringatan, tanpa pertanda, banyak jiwa yang masih punya harapan panjang, justru pupus begitu aja. Gimana  kalau tiba-tiba aku meninggal dalam keadaan berhutang dan hutangnya pun dari transaksi riba ? Padahal aku tau, ngerinya dosa riba. Padahal udah banyak propaganda-propaganda di media sosial tentang bahayanya riba.

Pemikiran-pemikiran seperti itu yang akhirnya membuat aku mulai menjauhi KPR. Unfollow dulu akun-akun dekor rumah, banyakin follow akun-akun dakwah, dan banyakin cari sekolah-sekolah online untuk mengupgrade diri baik dari sisi religi maupun emosi. Sungguh, ngga mudah melepaskan impian punya rumah idaman, apalagi banyak orang di sekeliling aku juga menempuh jalan riba untuk mencapai tujuannya. Gak apa kali ya aku juga coba ngajuin KPR lagi. Tuh si teteh itu juga kredit ke bank kok rumahnya. Adaaa aja jalan syaiton membisikkan godaannya.

However, aku merasa Allah bener-bener menutup pintu untuk transaksi riba ini. Dengan jalan manapun, dibantu pihak manapun, pengajuan aku gak pernah lolos. Ya udah lah yang penting nabung dulu aja. Terserah entar uangnya mau beli tanah dulu kek, mau ngontrak terus juga terserah. Itulah pemikiranku yang paling putus asa.

Bulan berganti bulan, jalan Allah mempertemukan aku dengan @bengkel_diri, yang suntikan semangat untuk mendekati Allah-nya bener-bener berdampak buat aku. Sejak mengubah orientasi hidup menjadi akhirat, bukan lagi dunia, aku jadi gak bernafsu ngumpulin harta. I mean, aku tetap berusaha nabung, suamiku tetap semangat menjemput rejeki, tapi kalau tabungan belum cukup buat beli rumah, ya udah, gak perlu maksa menghalalkan riba demi sesuatu yang gak bakal dibawa mati.


Masih melekat banget materi aqidah dari salah satu Ustadzah fasilitator Bengkel Diri, betapa ngerinya azab neraka meskipun yang paling ringan. Aku tau betul aku gak akan sanggup. Ngebayanginnya aja udah bergidik, padahal itu azab neraka yang paling ringan. Gimana mungkin aku tega membakar diri aku sendiri di neraka cuma demi barisan dinding yang beratap, yang kalau Allah goyangin dikiiit aja tanah di bawahnya, tuh dinding bisa hancur juga.

Setelah perjalanan yang cukup panjang, setelah banyak doa yang dibisikkan, setelah banyak usaha dikerahkan untuk menggedor pintu langit, aku sampai di perubahan mindset yang signifikan. Gak apa lah gak punya rumah di dunia, semoga Allah mau terima amalan-amalan aku dan buatin rumah di Surga. Terdengar naif dan putus asa ? Iya, saat itu aku memang sebegitu pasrahnya.

Sampai di suatu siang, ada kabar dari papah tentang perumahan baru, yang harganya murah banget, dan paymentnya tanpa kredit. Aku paham sih harga promo bisa jadi lebih murah, tapi murahnya ini nyaris gak masuk akal buat harga sebuah rumah. Apalagi lokasi perumahannya juga cukup strategis dan dilalui angkutan kota. Aku sempet berpikir itu penipuan sampai papah bener-bener survey ke tempatnya dan memastikan perumahan itu bukan fiksi, ada banyak pembangunan yang on progress, dan ada bangunan khusus untuk kantor pemasarannya.

Subhanallah, alhamdulillah, laa ilaaha illallah, allahu akbar! Ini beneran ? Beneran bisa tanpa riba ? Serius ? Sekujur tubuhku merinding, lututku lemas seperti kehilangan penopangnya. Bukan karena takut, tapi karena takjub. Takjub akan kuasa Allah yang seperti gak bertepi, mewujudkan sesuatu yang aku pikir gak bakal bisa terjadi.

Rumah ini memang penuh kesederhanaan, gak selevel untuk dibandingkan dengan rumah-rumah modern-minimalis jaman now. Gak bisa dipadankan dengan perumahan yang kelistrikannya udah underground. Tapi dinding beratap ini kami tebus dengan jalan yang halal, penuh harapan akan suana jannah di dalamnya. Ada rama damai yang sulit dideskripsikan karena gak ada tagihan jutaan yang mesti dibayar setiap bulan.

Ini buka kampanye untuk beli rumah murah yaa 😅 Don't get me wrong. Yang ingin aku coba sampaikan, jangan mencoba meninggikan harga diri di hadapan manusia dengan cara riba. Menghambalah pada Allah, karena sungguh gak ada permintaan yang terlalu besar untukNya. Kalaupun ngga dikabulkan di dunia sekarang, insyaa Allah akan jadi tabungan untuk di akhirat nanti.

Aku yakin semua orang ingin punya hunian yang Baiti Jannati, tapi menurutku, gak ada jannah yang bisa diraih lewat jalan yang Allah benci. Semoga lewat kisah ini, kita bisa lebih yakin akan dekatnya pertolongan Allah, besarnya kasih sayang Allah, dan nyatanya kuasa Allah.

Bukan manusia loh yang menantang perang pada pelaku-pelaku riba, tapi Allah, Yang Maha Memiliki manusia dan segala isi dunia. Gimana rasanya ditantangin perang sama Sang Pemilik Kehidupan ? Indescribable feeling ^^
Puput Maulani Mariam
Seorang Sarjana Sains Terapan dari Teknik Telekomunikasi yang mendedikasikan waktunya sebagai istri Reza dan ibu Khalil, dengan entrepreneur sebagai pekerjaan paruh waktunya :)

Related Posts

15 comments

  1. 😭😭😭😭 terharu banget bacanya mba. Bersyukur banget deh bisa jauh-jauh dari riba. Riba itu benar-benar menyulitkan mba. Semoga Allah jauhkan kita semua dari Riba dan bisa lebih sabar menjemput harta yang halalan toyyibah. Aamiin 😇

    ReplyDelete
  2. Masya Allah perjuangannya, Mba... semoga kita semua dijauhkan dari riba dan diberikan rejeki yang halal. Aamiin..

    ReplyDelete
  3. MasyaAllah tabarakallah... Kami yg belum bs keluar Dr Dunia Riva seperti ditampar ini, hiks

    ReplyDelete
  4. MasyaAllah, semoga Allah istiqomahkan kita yang sudah berjuang untuk tidak ngeriba. Sulit, sampai harus menelan kerugian puluhan juta demi agar keluar dari riba. Kami tetap jalani sebagai pertanda saya ingin berdamai dengan Allah. Hehe Jazakillah pengingatnya mba.

    ReplyDelete
  5. Masayaallah remindernya..jdi ingat matkul kuliah ini :"

    ReplyDelete
  6. yaa Allah.... MaasyaaAllah..... merinding bacanya mbak.... takjub

    ReplyDelete
  7. Masya Allah .... Terimakasih sharingnya pengalaman nya Mba 😊

    ReplyDelete
  8. Riba oh riba, padahal dalil yg membahas riba pun banyak bgt ya Mba , smoga kita smua dijauhkan dari dosa besar yg satu ini..aamiin

    ReplyDelete
  9. "jangan mencoba meninggikan harga diri di hadapan manusia dengan cara riba. Menghambalah pada Allah,"
    Aku suka statement ini
    Ini berlaku u semua hal ya mba
    Tq for sharing
    Semoga sehat2 selalu

    ReplyDelete
  10. Masyaa Allah, luar biasa ya mba rencana Allah kalau kita mau sabar taatin aturanNya. Kata-katanya juga banyak yg suka mbaa 😄👍

    ReplyDelete
  11. mbaa, merinding aku bacanya, ngena banget dihati, "engga ada jannah yang bisa diraih dengan cara yang Allah benci" so deep

    ReplyDelete
  12. Iya masih banyak banget yang berfikir begitu, kalo ga ambil kredit bank, kita beli ini itu pakai apa. Ini selfnotes buat ku, agar tidak tergiur dan jangan sampai kepikiran buat ambil cicilan bank apapun.

    ReplyDelete
  13. MasyaAllah,,, sangat insporatif.. thanks for remindernya 😍

    ReplyDelete
  14. Pertolongan Allah itu memang luar biasa dan ga disangka-sangka ya Mba. Disaat kita sudah pasrah Allah memberikan jalan dari hal yang tidak disangka

    ReplyDelete

Post a Comment