FOLLOW ME
Seeput

Kisah Lemon Tea, Beragam Rasa di Tahun 2020

Kisah Lemon Tea

Di tulisan ini, aku bukan akan memperkenalkan resep rahasia dari segelas lemon tea. Ini hanya tulisan nostalgia, mereka ulang ingatan setahun ke belakang, di suatu malam di penghujung tahun 2020 yang tak seperti biasa.

Masih lekat dalam ingatanku, tanggal 1 Januari 2020 yang sudah gerimis sejak pagi hari. Aku mengajak balitaku berkereta, meski hanya dari Cianjur sampai Sukabumi. Sepanjang waktu dilewati dengan gembira di hati, tanpa tahu apa yang menanti beberapa bulan lagi.

Masih jelas dalam benakku, rasa bahagia yang meluap dari dalam kalbu. Saat semakin berkurang angka pengangguran dengan usaha suami yang semakin maju, dan nilai investasi yang terus melaju.

Masih terekam dalam catatanku, indahnya rencana yang disusun setiap malam sebelum tidur dalam percakapan damai yang disebut orang 'pillow talk'. Tentang pulang kampung di hari lebaran, atau tentang liburan di akhir tahun.

But time truly flies so fast. After a short January and February, 2020 almost end just like this.

Filosofi Lemon Tea

Filosofi Lemontea

Bagi sebagian orang, lemon tea bukan sekadar minuman penghilang dahaga. Bagi sebagian orang, rasa-rasa yang dihadirkan dalam segelas lemon tea lebih dari sekadar asamnya lemon dan manisnya teh.

Pun bagiku, lemon tea punya filosofi sendiri yang merepresentasikan kehidupan dunia. Ada rasa asam dan ada rasa manis dalam satu tegukan. Begitu juga dengan hidup, ada asam, manis, dan getir dari sebuah peristiwa.

1. Manisku

Aku bersyukur telah mengawali tahun 2020 ini dengan jiwa yang optimis. Mengumpulkan pengalaman baru di awal tahun telah memberikan semangat tersendiri bagiku.

Bergabung menjadi content creator komunitas Growing Umma memberiku kesempatan untuk ada di circle pertemanan yang positif, dan kesempatan untuk menajamkan potensiku dalam membuat desain.

Bertemu Mbak Marita dan teman-teman lain di kelas Blogspedia Coaching juga merupakan hal yang sangat aku syukuri. Pengalaman ini memberiku kesempatan untuk melatih otot-otot menulisku.

Mengikuti berbagai kuliah whatsapp (kulwap) atau kuliah zoom (kulzoom) sehari adalah hal lain yang banyak aku nikmati di sepanjang tahun 2020 ini. Yang paling aku ingat  sampai sekarang adalah materi tentang menulis buku portofolio anak dan membuat lesson plan bagi kegiatan anak.

Tahun 2020 juga menjadi tahun yang mencatat sejarah pertama bagiku untuk mulai terlibat pada kepenulisan sebuah buku antologi. Alhamdulillah biidznillah, dengan otot-otot menulis yang sudah lebih terlatih, aku menelurkan 7 judul buku antologi di sepanjang tahun 2020.

Di tahun ini juga pertama kalinya aku mengnal @nulisyuk, yang banyak memilih tulisanku, sehingga meningkatkan kepercayaan diriku.

2. Asamku

Seperti lemon tea yang tak lengkap tanpa rasa asam, hidup juga sepertinya tak lengkap jika hanya berisi memori indah. Pandemi yang mewabah banyak menjadi alasan di setiap kesulitan tahun ini.

Bermula di bulan April 2020 saat bulan Ramadhan sudah menjelang, kebijakan PSBB yang diterapkaan pemerintah memaksa suamiku menutup usahanya agar tak menciptakan kerumunan.

Semakin sedih saat menjelang hari lebaran idul fitri, karena ada banyak keraguan untuk tak mengunjungi orangtua yang  memang sudah punya penyakit bawaan dan rentan terpapar virus yang sedang mewabah.

Sampai euforia idul fitri berakhir pun, suamiku masih belum bisa membuka kembali usahanya. Hatiku lebih sakit saat banyak orang yang menanyakan lowongan kerja pada suamiku. Mungkin ada banyak orang yang lebih putus asa dan kesusahan dariku.

Meski media tak pernah absen memberitakan segala hal terkait Covid setiap hari, aku tak pernah membayangkan ia akan menjelma dan menyerang orang-orang dekatku. Ialah mama mertua dan bapak mertua, yang dinyatakan positif covid, tepat 15 hari sebelum tahun 2020 ini berakhir.

Hal yang aku pikir hanya ada di berita-berita di televisi atau radio, kali ini ada di hadapanku. Penderitaan yang biasanya direkam kamera reporter, kali ini direkam dengan mataku sendiri.

Hari-hariku selalu mendung, seperti ada awan tebal yang enggan pergi untuk membiarkan sinar matahari menerangi. Aku bangun pagi dengan hati yang hancur dan perasaan yang sulit dijelaskan. Hatiku makin hancur berkali-kali setiap mengingat suamiku, satu-satunya orang yang bisa menjaga Mama dan Bapak, akhirnya berstatus ODP juga.

Dadaku sesaaak setiap kali balitaku bertanya kenapa ayahnya sudah begitu lama masih belum pulang juga, padahal ia sudah berusaha jadi anak baik yang selalu mematuhi ibunya. Air mata jatuh setiap kali suami menghubungi lewat telpon dan mengungkapkan lelahnya karena harus mengerjakan semua hal sendirian.

Tapi tak cukup sampai disitu, duniaku perlahan runtuh mendengar kabar Bapak yang kritis hingga akhirnya Allah panggil. Aku bahkan tak bisa berada di sana untuk sekadar menepuk pundak suamiku, memberi penghiburan dan pijatan ringan untuk semua kerja keras dan rasa lelah yang ia tahan selama ini.

Barangkali itulah pukulan terhebat bagiku di sepanjang 2020 ini, momen-momen yang memberikan rasa asam di hidupku.

When life gives you lemons..

Quotes Lemon

Meski ada rasa asam, bukan berarti lemon tea tak bisa dinikmati. Rasa asam diartikan sebagai ujian hidup, dan rasa manis diartikan sebagai kebahagiaan.

When life gives you lemons, make a lemon tea. Itulah ungkapan pepatah yang seringkali digunakan untuk menguatkan orang-orang. Bahwa meski dengan berbagai ujian hidup, selalu ada keadaan yang bisa disyukuri (dinikmati). Bahwa meski dengan berbagai ujian hidup, seseorang akan tetap bertahan melaluinya.

Itulah kisah lemon tea, beragam rasa di tahun 2020 hidupku. Meski aku yakin 2021 pun akan menghadirkan asam dan manis dengan ceritanya sendiri, aku juga yakin bahwa Allah tak akan memberikan coba di luar kemampuan hamba-Nya. Allah gives his hardest battle to his strongest soldiers! ^^
Puput Maulani Mariam
Seorang Sarjana Sains Terapan dari Teknik Telekomunikasi yang mendedikasikan waktunya sebagai istri Reza dan ibu Khalil, dengan entrepreneur sebagai pekerjaan paruh waktunya :)

Related Posts

Post a Comment