FOLLOW ME
Seeput

Pernah Tenggelam, Kisah di Persimpangan Jalan antara Hallyu dan Islam

Pernah Tenggelam

Buku ini ditulis tanpa keinginan menghakimi atau menyakiti, oleh seseorang yang pernah tenggelam, yang pernah salah menghamba, yang pernah keliru dalam mencinta. Buku ini ditulis bukan untuk mengajarkan benci, melainkan sebagai bentuk peduli pada saudara-saudara seaqidah.

Sulit untuk tidak disetujui, bahwa Korean Wave (Hallyu) sudah menghantam banyak belahan dunia, termasuk Indonesia. K-Drama, K-Pop, variety show, hangeul, skincare, make up look, food, oppa, noona, mukbang, aegyo, saranghae, daaaaaan masih banyak lagi.

Menonton drama korea jadi agenda me time, menunggu episode baru setiap minggu, dan kalau belum nonton drama on going rasa-rasanya ada yang hampa. Hayooo, siapa yang begituuu? (nunjuk diri sendiri, hiks)

Dari pendahuluan sampai penutup, buku ini sukses membuatku senyum-senyum sendiri, angguk-angguk sendiri, ketawa-ketawa sendiri, sekaligus sesak sampai ulu hati. Aku ingat salah satu kalimat yang mendeskripsikan buku ini,
Agar yang suka tahu di mana batasnya, agar yang benci tahu bagaimana adabnya.
Akan ada banyak quotes yang menggelitik tapi nyelekit di buku ini. Kalau kamu berharap bisa langsung hijrah setelah membaca buku ini, kamu salah beli buku. Kalau kamu berekspektasi buku ini akan menghinakan, menistakan, mengkafirkan, mengharamkan  para pecinta Korea, fix kamu sudah salah beli buku!

Jadi buku ini isinya apa??? Curahan hati ex-fanboy yang pernah tenggelam. Dah itu aja. Kalau kamu mulai penasaran gimana penyelamatan diri ex-fanboy ini untuk kembali ke jalan yang benar, keep reading! :)

Membedah Buku Pernah Tenggelam

Cover Buku

Yang pertama menarik perhatian dari cover buku ini adalah font stylenya. Font 'Pernah Tenggelam' dibuat menyerupai hangeul (huruf korea), sesuai dengan bahasan bukunya.

Ilustrasi di cover juga sangat mewakili judul buku, dengan ilustrasi ombak dan (sesosok makhluk menyerupai) manusia yang tenggelam. Semakin aku balik lembaran-lembarannya, aku makin melihat kemiripan layout buku ini dengan buku Wanita Berkarir Surga. Mungkin karena penerbitnya sama (?).

Lagi-lagi, aku bercita-cita bisa menerbitkan buku seperti ini juga, hahaha.. Bukunya penuh warna tapi tidak terlihat norak, membacanya tidak melelahkan mata karena di setiap halaman ada ilustrasi yang epic dan pilihan katanya selalu mengundang tawa.

Identitas Buku

Judul Buku: Pernah Tenggelam
Penulis: Fuadh Naim
Visual: Aditya Nur Firdauz
ISBN: 978-602-52054-5-3
Penerbit: Alfatih Press
Tahun Terbit: 2021 (Cetakan ke-4)
Halaman: 228 halaman

Selanjutnya aku akan menyebut penulis dengan sapaan Oppa Fuadh. Aku infokan dulu sekarang supaya kamu nggak kaget saat bacanya :D

Isi Buku

Ini memang buku curhatan, menceritakan yang sebenarnya terjadi, yang Oppa Fuadh dan mungkin banyak orang juga mengalami, meski tidak banyak orang benar-benar menyadari.

Buku ini mempunyai 6 bagian, yang masing-masing bagian punya sisi menariknya sendiri.

1. Gelombang Oppa

Bagian pertama ini banyak mengisahkan bagaimana gelombang besar dari Korea Selatan datang 'mendakwahkan' budayanya ke setiap sudut dunia. Korean Wave atau Hallyu yang saat ini dapat dengan mudah ditemukan di mana-mana, ternyata memang sebuah program yang dirancang dari sejarah panjang.

4 halaman dari bagian pertama buku ini menggambarkan timeline hallyu yang sudah dimulai sejak tahun 1999 dengan pemutaran K-Drama di China, tahun 2007 yang disebut sebagai masa Hallyu 2.0 dengan besarnya investasi asing yang masuk ke Korea Selatan karena hallyu, hingga tahun 2017 yang mengukir sejarah saat salah satu boyband K-Pop berhasil menang di Billboard Music Awards dan menjadi pembicara di sidang ke-73 PBB.

Pantaslah budaya-budaya Korea sukses merasuk, melekat, membuat jatuh hati, dan sulit ditinggalkan. Karena Hallyu dibuat dengan perencanaan sematang itu, didukung pemerintah dengan seserius itu, bukan tiba-tiba viral di sosial media.

Korea 'mendakwahkan' Hallyu kepada dunia sesungguh-sungguh itu!

2. Bermain Ombak

Bagian kedua ini kemudian menceritakan ketidaksengajaan Oppa Fuadh saat mencicipi produk Korea pertamanya, yaitu K-Drama Dae Jang Geum. Ada yang familiar sama drama ini? Yang pernah tayang di salah satu stasiun TV swasta dengan judul Jewel In The Palace :D

Kebetulan di usia belasan itu Oppa Fuadh baru merantau ke tempat yang sama sekali asing, kebetulan tempat barunya ini memberikan banyak culture shock, kebetulan Oppa Fuadh tidak punya banyak teman di sekolah. Di saat seperti inilah Oppa Fuadh mengenal Hallyu.

Jadi, menurut pengalaman dan pengamatan Oppa Fuadh..
Sikap individualis, jarang bergaul, dan tidak aktif dalam kegiatan dakwah/ mengurusi ummat adalah situasi yang sangat rentan terkena Hallyu.

3. Pernah Tenggelam

Daftar Drama

Sejujurnya, aku pikir aku pernah tenggelam juga dalam banyak hal tentang Korea. Pernah ada masa di mana setiap malam aku punya daftar tontonan drama korea atau variety show korea. Pokoknya tak ada malam hari tanpa drama deh.

Ternyata, Oppa Fuadh pernah berkali-kali lipat tenggelam lebih dalam dari kedalaman tenggelamku. Banyaknya drama yang aku tonton tak seberapa bila dibandingkan dengan lebih dari 160 drama yang Oppa Fuadh tonton dengan kualitas HD di harddisk 1 TB nya, hahaha..

Tak berlebihan untuk menyebut bagian ketiga ini adalah bagian yang paling membuat terkejut. Dalam kesehariannya, Oppa Fuadh bukan hanya mengoleksi ratusan drama, tapi juga menggunakan semua produk dari Korea.

HP mesti merk LG atau Samsung, player di laptop mesti pakai GOM Player, wallpaper HP mesti gambar bendera Korea, nulis catatan kuliah mesti pakai hangeul, dan saat tim sepak bola Korea menang.. mesti langsung berdiri dengan tangan di dada untuk menyanyikan lagu kebangsaan Korea Selatan!

4. Ada Apa Dengan Korea?

Ada Apa Dengan Korea

Sebagai pecinta Korea, ada perasaan-perasaan 'aneh' saat mulai memasuki bagian keempat ini. Setelah tenggelam begitu dalam, Oppa Fuadh mulai mengisahkan kegelisahan yang memaksanya merenung setengah hidup: Apakah yang dilakukan ini udah bener atau belum?

Satu per satu, dijabarkan kejanggalan yang ditemukan Oppa Fuadh selama tenggelam dalam Hallyu, seperti konsep bromance, pergaulan bebas & skinship, pemakluman pada barang haram, dan ada standard kebahagiaan yang disandarkan pada pencapaian-pencapaian duniawi.

Pada akhirnya, Oppa Fuadh berada di persimpangan jalan antara Islam dan Hallyu, mempertanyakan identitasnya sendiri.

Gue muslim,
Sesibuk apapun, gue tetep sempetin nonton MV dan drama.
Sebego apapun gue, gue harus menghafalkan lagu-lagu dan dance-nya Idol gue.
Apapun yang dia buat, gue ikutin, kiyowo! Style dia gue suka, cool! Jokes dan gimmick dia gue hapal dan inget terus.
Gue bangga kalau orang kenal gue sebagai penggemar dia.
Gue cinta sama orang yang juga cinta sama dia. Dan gue marah kepada siapapun yang menghina idola gue! Siapapun orangnya!
Agama gue apa dong??? 

5. Dehallyusinasi

Dilanjutkan dengan bagian kelima yang menghadirkan renungan-renungan nyelekit, di mana Oppa Fuadh menyadari bahwa dirinya mungkin telah mengkhianati Rasulullah.

Kegelisahan yang dirasakan Oppa Fuadh karena kejanggalan-kejanggalan dalam Hallyu, membawa Oppa Fuadh mencoba mencari tahu kisah Rasulullah. Hingga terkuaklah sebuah kisah di akhir hayat Rasulullah, sebelum nyawa beliau dicabut oleh malaikat.

Rasulullah bertanya,
Wahai Jibril, bagaimana nasib ummatku sepeninggalku nanti?

Cinta dan kasih sayang Rasulullah kepada ummatnya yang terukir dalam sejarah, membuat Oppa Fuadh selangkah lebih dekat dengan jalan kembali.

Rasulullah selalu mikirin kita. Kita selalu mikirin Oppa. Besok di akhirat ngemis syafa'at siapa?

Fuadh Naim, Pernah Tenggelam

6. Comeback Stage

Meski sejak pendahuluan sudah dijelaskan bahwa buku ini tidak bertujuan untuk mengkafirkan atau memaki para pecinta Korea, tapi bagian keenam sekaligus terakhir ini kembali menekankan untuk tidak membenci. Biar Oppa dan everything korea menjadi masa lalu.

Karena daripada membenci, lebih baik fokus mencintai. Mencintai siapa? Allah dan Rasulullah :)

Harta kita, hanya untuk akhirat
Kuota kita, hanya untuk kebaikan
Waktu kita, hanya untuk beribadah
Kerja keras kita, hanya untuk Allah
Hafalan kita, untuk Al-Quran dan As-Sunnah
Kreatifitas dan skill kita, hanya untuk dakwah
Galaunya kita, hanya jika bermaksiat
Bahagianya kita, hanya jika bisa taat

Fuad Naim, Pernah Tenggelam

Setelah Tenggelam

Menyelesaikan buku ini sampai ke halaman terakhirnya membuatku jadi merasa mengkhianati Rasulullah juga. Rasanya jadi seperti menghinakan Rasulullah saat aku lebih penasaran kelanjutan cerita drama daripada penasaran dengan sirah nabawiyah atau shahabiyah.

Rasanya jadi seperti menghinakan Rasulullah saat aku ingat jadwal tayang drama tapi lupa hari Maulid Nabi. Rasanya jadi seperti menghinakan agama saat aku menyempatkan nonton drama sampai tamat tapi tak mampu menguatkan diri untuk bangun di sepertiga malam :(

Salah satu tindakan konkret pasca membaca buku ini adalah membuat content dakwah dengan lebih serius bersama Growing Umma. Para idol yang bukan menyebarkan kebaikan pun menggarap karyanya seserius itu. Maka umat Islam harusnya lebih serius lagi mengemas dakwah-dakwahnya dalam content yang menarik.

Menyelesaikan buku ini juga menumbuhkan rasa penasaran. Oppa Fuadh bilang, tampannya Song Joong Ki, menawannya Seo In Guk itu tak sebanding dengan tampannya Rasulullah. Pesonanya Kang Daniel itu kalah sama pesonanya Rasulullah. Kisah perjuangannya para idol itu kalah telak sama kisah perjuangannya Rasulullah.

Jadi, satu lagi efek pasca membaca buku Pernah Tenggelam ini adalah mulai membaca The Amazing Rasulullah :) Mau tahu seperti apa bukunya? Insyaa Allah akan aku ulas on my next-bookish post, xoxo.. See ya!
Puput Maulani Mariam
Seorang Sarjana Sains Terapan dari Teknik Telekomunikasi yang mendedikasikan waktunya sebagai istri Reza dan ibu Khalil, dengan entrepreneur sebagai pekerjaan paruh waktunya :)

Related Posts

9 comments

  1. MasyaAllah mba kangen aku mampir blogmu, dan tulisanmu selalu inspiring, izin share ya.. Semoga aq bisa kembali lagi bisa menulis bebas ❤

    ReplyDelete
  2. Suka sekali dengan tulisan review mbak puput ini. Tamparan dan pengingat agar kita tidak berlebihan dalam hal menyukai masalah duniawi, seperti halnya segala sesuatu yang berbau Korea yang sedang sangat booming saat ini

    ReplyDelete
  3. MasyaAllah sekali ka, ini benar-benar tamparan buat indonesia. soalnya lagi booming banget ka, ya Allah salut sama oppa fuadh yang sendirinya langsung sadar

    ReplyDelete
  4. Hiks, aku terharu mbak Puput, bagus banget ulasannya. Aku ijin share ya ke anak gadisku.

    ReplyDelete
  5. Tamparan keras buat istriku nih, masak dia bilang son jong ki lebih tampan dari suaminya. Eh kalau itu bener ya wkwkw

    ReplyDelete
  6. Auto menangiiiissss. Makasi sudah mengingatkan dan mengetuk hati pembaca malalui ulasan buku ini 💜💙

    ReplyDelete
  7. Ya Allah, aku masih menyukai drakor dan sebangsanya. Apalagi sekarang aku suka nonton yutub yang tiada akhir kontennya.

    Bagian untuk lebih mengenal Rosul, duh nyesek banget masih jauh akunya.

    ReplyDelete
  8. Huhuhu... Jadi pengingat untuk menyukai sesuatu jangan berlebihan

    ReplyDelete
  9. Sepertinya harus banyak yg baca buku ini ya mbak. Supaya sedikit sadar, betapa berharganya waktu yg kita punya :) terima kasih sharinhnya mbak

    ReplyDelete

Post a Comment